Pengamatan petir dilakukan pertama kali pada tahun 2008 menggunakan Lightning Detector bertype LD-250 yang dianalisa menggunakan software LD-2000. Kemudian pada tahun 2019 software diperbaharui menggunakan software Nexstorm.
Lightning Detector ini bekerja real-time selama 24 jam. Cara kerja alat ini yaitu dengan menangkap frekuensi dari arus petir, dimana pada saat petir menyambar maka frekuensi gelombang dari petir tersebut yang berada pada lapisan ionosphere di tangkap oleh sensor dan dirubah kedalam bentuk data digital.
Data Petir Stasiun Geofisika Tangerang biasa digunakan untuk membuat peta kerapatan sambaran petir dan pelayanan geofisika untuk klaim asuransi.